Cirebon, AlexaNews.ID – Lahan pertanian di Desa Kedongdong, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, tampak berbeda pada musim panen kali ini. Hamparan padi yang menguning membawa senyum bahagia para petani, sebab untuk pertama kalinya mereka memanen hasil dengan metode pupuk organik karya Usman Effendi (64).

Usman, petani sekaligus penemu pupuk organik cair berbasis zat pengatur tumbuhan (ZPT) yang diberi nama zeviti, ikut mendampingi petani saat panen berlangsung. Dari kejauhan, ia terlihat bangga melihat tanaman padi lebih subur dan rimbun dibandingkan padi yang ditanam menggunakan cara konvensional.

“Metode ini berbeda. Sebelum pupuk ditabur, cairan ZPT terlebih dahulu disiram ke tanah. Hasilnya bisa terlihat dari pertumbuhan batang dan bulir padi yang lebih sehat,” ujar Usman, Jumat (12/9/2025).

Menurutnya, penggunaan pupuk organik cair memiliki teknik khusus. Pada fase generatif, misalnya, petani dilarang menyemprotkan bahan kimia keras saat bulir padi hendak muncul. Sebaliknya, cukup menunggu hingga malai keluar, lalu diberikan cairan organik agar bulir terisi penuh.

Perbedaan hasil panen dinilai sangat mencolok. Jika biasanya petani hanya mampu memperoleh sekitar 7 ton gabah per hektare dengan pupuk kimia, metode organik ini bisa menghasilkan 9 hingga 10 ton. “Selain hasilnya lebih melimpah, panennya juga bisa lebih cepat sekitar 15 hari,” jelasnya.

Sudirja (57), petani yang ikut mencoba metode baru ini, mengaku puas dengan hasilnya. Dari lahan seperempat hektare miliknya, ia mampu memanen sekitar 2 ton gabah. “Sebelumnya paling hanya 5 kuintal. Sekarang hasilnya jauh lebih baik. Saya merasa cocok menggunakan pupuk organik ini,” ungkapnya dengan senyum lega.

Dari pantauan di lapangan, padi hasil metode tersebut tampak rimbun dan berwarna kuning cerah, menandakan kualitas gabah lebih baik. Meski demikian, pupuk organik cair buatan Usman masih belum dipatenkan secara resmi. Ia kerap menyebutnya dengan nama POC UFA 1 dan UFA 2, sejalan dengan varietas padi unggulan yang juga ia kembangkan.

Usman sendiri dikenal sebagai inovator pertanian asal Desa Tegalsari, Kecamatan Plered. Sebelumnya ia sukses menciptakan varietas padi unggul UFA 1 dan UFA 2 melalui teknik persilangan, menghasilkan padi yang tahan kekeringan, hemat pupuk, serta dapat dipanen hanya dalam 92 hari.

“Di Tegalsari, hasil panennya bisa tembus 9 ton per hektare dengan pupuk organik. Semua bahan yang digunakan alami, tanpa campuran zat kimia,” terangnya.

Dengan inovasi ini, Usman berharap petani di Cirebon semakin tertarik kembali ke metode bertani ramah lingkungan. Selain menjaga kesuburan tanah, hasil panen yang diperoleh pun terbukti lebih tinggi. [Jhn]

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.