CIREBON, AlexaNews.ID – Kawasan sentra batik Trusmi, Kecamatan Plered, berubah jadi lautan manusia pada Minggu (23/11) pagi. Ribuan warga memadati ruas jalan utama untuk menyaksikan pembukaan rangkaian tradisi Memayu Buyut Trusmi 2025 yang kembali diawali dengan aksi pacuan kuda jalanan.
Memayu Buyut Trusmi sendiri merupakan upacara adat turun-temurun yang melambangkan penyucian dan pembaruan diri. Puncak tradisi ini ditandai dengan penggantian atap bangunan keramat Ki Buyut Trusmi sebagai simbol menyambut musim penghujan dan memperbaiki diri.
Pacuan kuda pembuka acara menjadi magnet utama masyarakat. Bukan sekadar ajang adu cepat, balapan ini menjadi bagian dari arak-arakan budaya yang selalu dinantikan. Sejak pagi buta, para joki dari berbagai daerah Cirebon Raya dan Ciayumajakuning sudah mempersiapkan kuda-kuda mereka untuk tampil maksimal.
Balapan berlangsung di jalur desa yang telah ditutup sepenuhnya oleh panitia. Suasana semakin riuh ketika derap lari kuda mengguncang jalanan Trusmi. Arak-arakan biasanya melewati wilayah Trusmi Wetan, Trusmi Kulon, Weru Lor, dan beberapa titik lainnya sebelum rangkaian ritual adat dilanjutkan.
“Pacuan kuda ini sudah melekat dengan Memayu Buyut Trusmi. Bukan cuma hiburan, tapi bukti kecintaan warga pada budaya dan hewan,” ujar Munaroh, warga Cangkring yang sejak pagi sudah hadir bersama keluarga.
Belajar dari insiden kecil di tahun-tahun sebelumnya, panitia bersama aparat keamanan tahun ini meningkatkan pengamanan di sepanjang rute. Seruan keselamatan bagi joki dan penonton juga diperkuat untuk memastikan rangkaian acara berlangsung aman dan tertib.
Usai pacuan kuda, kemeriahan berlanjut dengan parade ogoh-ogoh yang dibuat warga. Beragam figur raksasa seperti naga, kerbau, hingga tokoh-tokoh mitologi diarak keliling kampung dengan iringan musik tradisional.
Selain menjaga keberlangsungan budaya turun-temurun, Memayu Buyut Trusmi turut menjadi momentum peningkatan ekonomi lokal. Para pengrajin batik dan pedagang di sentra batik Trusmi merasakan lonjakan kunjungan yang signifikan setiap pelaksanaan tradisi ini. [Kirno]










