CIREBON, AlexaNews.ID – Puncak tradisi adat Memayu Buyut Trusmi kembali menyedot perhatian ribuan warga pada Minggu (23/11) pagi. Sejak matahari terbit, kawasan Desa Trusmi, Kecamatan Plered, sudah penuh sesak oleh masyarakat yang ingin menyaksikan prosesi sakral Ider-ideran, arak-arakan budaya yang menjadi bagian utama dari rangkaian upacara tahunan tersebut.

Kepadatan pengunjung yang mengalir tanpa henti membuat jalur Pantura Plered sempat tersendat bahkan berhenti total. Banyak kendaraan tak bisa melaju karena badan jalan dipenuhi warga yang tumpah ruah mengikuti jalannya arak-arakan.

Ritual Memayu Buyut Trusmi sendiri merupakan tradisi merawat sekaligus mengganti atap (sirap) Buyut Trusmi, situs tua yang dihormati dan menjadi simbol awal berdirinya Desa Trusmi sebagai sentra batik. Prosesi dimulai pukul 06.00 WIB, diawali iring-iringan benda pusaka, hasil bumi, dan perlengkapan adat yang dibawa ratusan peserta.

“Setiap tahun kami datang. Rasanya wajib kalau sudah memasuki waktu Memayu. Selain menikmati budayanya, kami ikut memanjatkan doa agar Cirebon diberi kesejahteraan,” kata Bu Siti, salah satu warga yang berdiri paling depan demi melihat arak-arakan dari jarak dekat.

Suasana semakin hidup dengan alunan gamelan tradisional yang mengiringi perjalanan rombongan. Banyak warga mengenakan pakaian adat, sementara sorakan dan tepuk tangan pecah setiap kali pusaka melewati kerumunan.

Kasat Lantas Polres Cirebon Kota, Kompol Mangku Anom Sutresno S.H., S.I.K., mengonfirmasi bahwa lonjakan massa berdampak langsung terhadap kelancaran arus Pantura.

“Sejak subuh kami sudah melakukan rekayasa lalu lintas. Kendaraan dari arah Jawa Tengah menuju Jakarta dialihkan ke jalur alternatif atau diarahkan masuk ke Tol Palikanci agar tidak terjebak macet di Plered,” ujarnya.

Kemacetan terpadat terjadi mulai Perempatan Plered hingga kawasan sentra Batik Trusmi. Polisi mengimbau pengguna jalan bersabar karena prosesi adat diperkirakan rampung sekitar pukul 10.00 WIB.

Selain menjaga kelestarian budaya, Memayu Buyut Trusmi juga membawa berkah ekonomi. Ribuan pengunjung yang hadir memicu meningkatnya aktivitas para pedagang, khususnya di sentra batik dan kuliner khas Trusmi. [Kirno]

Komentar Ditutup! Anda tidak dapat mengirimkan komentar pada artikel ini.