KARAWANG, AlexaNews.ID – Anggota MPR RI dr. Hj. Cellica Nurrachadiana menggelar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama santri dan santriwati Pondok Pesantren Nihayatul Amal, Kecamatan Rawamerta, Jumat (19/12). Kegiatan ini menjadi ajang dialog kebangsaan yang memadukan nilai keislaman dengan prinsip dasar kehidupan bernegara.
Acara tersebut diikuti ratusan santri dengan antusias. Hadir pula pengasuh pesantren, para ustaz dan ustazah, serta tokoh masyarakat sekitar. Diskusi berlangsung dalam suasana religius namun terbuka, mencerminkan peran pesantren sebagai pusat pembentukan karakter dan moral generasi muda.
Dalam pemaparannya, Cellica menegaskan bahwa Empat Pilar MPR RI—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ia menyebut, nilai-nilai kebangsaan justru memiliki irisan kuat dengan prinsip yang diajarkan di lingkungan pesantren.
Menurut Cellica, Pancasila mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial yang selaras dengan ajaran Islam. Karena itu, pesantren dinilai menjadi ruang strategis untuk menanamkan nasionalisme tanpa meninggalkan identitas keagamaan.
Cellica juga menyoroti peran historis pesantren dan kaum santri dalam perjalanan bangsa. Sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga menjaga keutuhan NKRI, santri dan ulama selalu berada di garda depan. Peran tersebut, kata dia, harus terus dilanjutkan oleh generasi saat ini.
Ia mengingatkan pentingnya sikap moderat, toleran, dan saling menghargai di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Semangat Bhinneka Tunggal Ika, lanjutnya, sejalan dengan ukhuwah Islamiyah yang mengajarkan persaudaraan dan kedamaian.
“Islam membawa pesan rahmatan lil alamin. Nilai itu sejalan dengan semangat kebangsaan yang mengajarkan kita hidup rukun di tengah perbedaan,” ujar Cellica.
Dalam sesi tanya jawab, sejumlah santri menyampaikan pandangan terkait tantangan generasi muda, mulai dari pengaruh media sosial, derasnya arus informasi, hingga isu intoleransi. Cellica mendorong santri untuk menjadi agen perdamaian yang menyebarkan nilai Islam yang damai dan semangat persatuan.
Ia menegaskan, Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan upaya membangun kesadaran agar nilai kebangsaan benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat luas.
Menutup kegiatan, Cellica berharap santri Pondok Pesantren Nihahatul Amal tumbuh menjadi generasi berakhlak mulia, memiliki wawasan kebangsaan yang kuat, serta peduli terhadap persatuan dan keutuhan bangsa.
“Santri adalah aset masa depan Indonesia. Jika akhlak dan nasionalismenya kuat, mereka akan menjadi pilar penting bagi Indonesia yang damai dan berdaulat,” tutupnya. [Ega Nugraha]










