PURWAKARTA, AlexaNews.ID – Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi Pasar Hewan Ciwareng, Kabupaten Purwakarta, dipastikan sulit tercapai hingga akhir tahun. Salah satu penyebab utamanya adalah kebocoran retribusi yang masih terjadi di lapangan.
Kepala UPTD Pasar Hewan Ciwareng, Asep Sunarma, mengungkapkan bahwa pasar hewan berstatus kelas A tersebut dibebani target PAD sebesar Rp110 juta pada tahun ini. Namun hingga pertengahan Desember, realisasi pendapatan belum memenuhi harapan.
“Per hari ini baru terealisasi sekitar Rp83 juta atau sekitar 70 persen dari target,” kata Asep saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (22/12).
Ia menjelaskan, aktivitas transaksi di Pasar Hewan Ciwareng umumnya berlangsung setiap hari Senin. Dari kegiatan rutin tersebut, pendapatan retribusi rata-rata hanya berkisar Rp1,2 juta per pekan.
Meski demikian, terdapat momen tertentu yang mampu mendongkrak pendapatan, yakni dua pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri dan dua pekan sebelum Idul Adha. Pada periode tersebut, pemasukan retribusi bisa melonjak hingga Rp2,5 juta per hari pasar.
Asep tak menampik masih adanya kebocoran retribusi. Sesuai peraturan daerah, setiap hewan yang masuk ke area pasar dikenakan retribusi sebesar Rp10 ribu. Namun dalam praktiknya, tidak semua pedagang atau pemilik hewan memenuhi kewajiban tersebut.
“Alasan yang sering disampaikan karena hewannya tidak terjual, sehingga merasa tidak perlu membayar,” ujarnya.
Kondisi ini, lanjut Asep, menunjukkan rendahnya tingkat kesadaran sebagian pelaku usaha dalam membayar retribusi. Akibatnya, potensi PAD dari sektor pasar hewan belum tergarap maksimal.
Berdasarkan pantauan di lapangan, peluang peningkatan pendapatan sebenarnya masih terbuka lebar. Salah satunya melalui optimalisasi pengelolaan parkir kendaraan roda dua dan roda empat yang hingga kini belum digarap secara maksimal.
Selain itu, Asep menilai perlu ada upaya menghidupkan kembali fasilitas kandang inap hewan di kawasan Pasar Hewan Ciwareng, sebagaimana pernah berjalan sekitar 15 tahun lalu.
Tak hanya itu, pengaktifan kembali pagar dan pintu masuk pasar juga dinilai krusial untuk menekan kebocoran retribusi. Dengan sistem pintu masuk yang tertata, setiap hewan yang masuk dapat dipastikan telah membayar retribusi.
“Kalau pintu masuk difungsikan dengan baik, kebocoran bisa ditekan. Hewan yang masuk pasar pasti sudah membayar, tidak seperti kondisi sekarang,” pungkasnya. [Asy]










