Cirebon, AlexaNews.ID – Dua desa di Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, yakni Suranenggala Kidul dan Suranenggala, kembali dipadati ribuan warga yang mengikuti perayaan tahunan tradisi Ngunjung atau Sedekah Bumi, Sabtu (14/11). Kegiatan adat ini menjadi momen penting bagi masyarakat untuk berkumpul, bersyukur, dan memohon keselamatan untuk musim tanam berikutnya.
Tradisi Ngunjung menjadi warisan yang terus dijaga turun-temurun oleh warga, terutama para petani. Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen, ritual ini juga menjadi permohonan doa agar desa selalu mendapatkan keberkahan dan dijauhkan dari berbagai bencana.
Pusat kegiatan Ngunjung di Suranenggala Kidul berlangsung di sejumlah lokasi keramat desa. Salah satu yang paling disakralkan adalah Makam Pangeran Adipati, menyusul kegiatan serupa yang telah digelar sebelumnya di Situs Nyi Mas Baduran dan beberapa situs leluhur lainnya.
Secara makna, Ngunjung berarti “berkunjung” atau “ziarah”, di mana warga datang ke makam para tokoh yang diyakini sebagai pendiri dan pembuka lahan desa. Ziarah ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat akan jasa para leluhur.
“Ngunjung bukan hanya tradisi, tapi cara kami mengenang leluhur dan bersyukur kepada Allah SWT. Kami berkumpul, berdoa, dan berbagi rezeki agar desa diberi keselamatan dan keberkahan,” ujar Kuwu Narisa, Kepala Desa Suranenggala Kidul, kepada awak media.
Sejak pagi, warga sudah membawa aneka makanan hasil bumi atau Jajanan Sedekah Bumi dari rumah masing-masing. Nasi tumpeng, lauk pauk, sayuran, hingga hasil pertanian disusun rapi untuk kemudian didoakan bersama oleh tokoh agama dan tokoh adat dalam prosesi ritual.
Usai pembacaan tahlil dan doa, makanan tersebut dibagikan dan dimakan bersama di area situs. Suasana kebersamaan semakin terasa saat warga melanjutkan tradisi Curak, sebuah rangkaian acara yang menambah kekhidmatan dan keseruan perayaan.
Tidak hanya ritual keagamaan, Ngunjung juga menjadi panggung silaturahmi dan gotong royong. Sejak beberapa hari sebelum acara, warga bekerja bersama membersihkan area situs, menyiapkan lokasi, hingga mengumpulkan dana swadaya untuk kelancaran kegiatan tahunan ini.
Kemeriahan semakin lengkap dengan hadirnya kesenian tradisional khas Cirebon, seperti pertunjukan wayang kulit semalam suntuk yang selalu dinantikan masyarakat setiap tahun. [Kirno]










