KARAWANG, AlexaNews.ID – Peringatan Hari Jadi Karawang ke-391 mencatat sejarah baru dengan pemecahan rekor dunia penyusunan ribuan nasi tumpeng yang disusun membentuk Peta Karawang. Namun, acara yang semula berlangsung meriah tersebut berubah menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah beredar video amatir yang memperlihatkan tumpeng-tumpeng tersebut diduga dibuang oleh petugas kebersihan. Video ini memicu kontroversi dan dianggap sebagai tindakan mubazir.
Ketua DPC PDI Perjuangan Karawang sekaligus Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Pipik Taufik Ismail, atau yang akrab disapa Kang Pipik, menanggapi polemik ini dengan memberikan klarifikasi. Menurut Kang Pipik, narasi yang beredar tidak sepenuhnya benar, dan terdapat kesalahpahaman dalam penafsiran informasi.
“Saya melihat ada tafsir yang kurang tepat, seakan-akan tumpeng dibuang begitu saja, padahal tumpeng tersebut sudah dibagikan kepada warga secara gratis. Tumpeng yang hadir di acara ulang tahun Karawang itu murni kiriman dari berbagai pihak, mulai dari perusahaan hingga masyarakat pribadi,” ujar Kang Pipik saat ditemui, Sabtu (14/09/2024).
Kang Pipik menambahkan bahwa partisipasi masyarakat dalam menyumbang tumpeng merupakan bentuk kebersamaan yang turut memeriahkan peringatan Hari Jadi Karawang.
“Tumpeng yang dikirim ini adalah partisipasi murni dari masyarakat Karawang. Namun, jika ada tumpeng yang basi, tentu tidak etis untuk dibagikan. Tetapi, setiap peristiwa memang selalu ada celah untuk dikritisi,” tambahnya.
Rekor Dunia Tumpeng
Kang Pipik juga menjelaskan alasan mengapa nasi tumpeng dipilih sebagai ikon perayaan kali ini. Menurutnya, pemecahan rekor tidak hanya mencatat nama Karawang dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), tetapi juga mencatat sejarah dunia dengan jumlah tumpeng terbanyak yang disusun membentuk Peta Karawang.
“Rekor dunia tumpeng? Ya, bisa dan itu fakta berdasarkan analisa tim MURI yang hadir saat acara berlangsung di Pemkab Karawang,” jelasnya.
Tumpeng, Identitas Kuliner Indonesia
Lebih dari sekedar pemecahan rekor, Kang Pipik menegaskan bahwa tumpeng memiliki makna kultural yang mendalam sebagai bagian dari identitas kuliner Indonesia. Tumpeng kerap disajikan dalam berbagai acara penting, terutama di Pulau Jawa.
“Tidak mungkin kita membuat piza atau kebab untuk rekor MURI. Meski sah-sah saja, tetapi Pemkab Karawang memilih tumpeng sebagai simbol kejutan yang membawa nilai-nilai budaya dan identitas lokal ke level internasional,” ungkapnya.
Pemecahan rekor dunia ini, lanjutnya, diharapkan dapat semakin memperkenalkan tumpeng sebagai bagian dari kekayaan kuliner Indonesia, di samping nasi goreng, sate, rendang, dan makanan khas lainnya.
Ajakan Berpikir Positif
Di akhir keterangannya, Kang Pipik mengajak masyarakat Karawang untuk tetap berpikir positif dan menjadikan momen Hari Jadi Karawang ke-391 sebagai inspirasi menuju perubahan yang lebih baik.
“Mari kita berpikir positif dalam memperingati hari jadi Karawang. Kritikan tentu sah-sah saja, tapi kami juga punya hak untuk mengklarifikasi. Semoga Karawang ke depan semakin maju, bersahabat, dan nyaman bagi semua,” tutupnya.
Dengan klarifikasi ini, Kang Pipik berharap bahwa isu tumpeng yang viral tersebut tidak lagi menjadi polemik yang berkepanjangan, melainkan menjadi refleksi untuk menyambut masa depan Karawang yang lebih baik. (Ahmad Yusup Tohiri)