JAKARTA, AlexaNews.ID – Dalam era digital ini, pertarungan politik di Indonesia tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga semakin merambah ke ranah maya, khususnya di media sosial.
Fenomena menarik terjadi dalam persaingan followers di Instagram antara Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka dan Muhaimin Iskandar.
Gibran Rakabuming Raka, putra dari Presiden Joko Widodo, menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan jumlah pengikut di Instagram mencapai 2,4 juta dan di TikTok mencapai 1,6 juta.
Melalui strategi media sosial yang cermat dan interaksi intens dengan pengguna, Gibran berhasil menarik perhatian publik, khususnya generasi muda yang aktif di media sosial.
Di sisi lain, Cak Imin, Wakil Ketua MPR RI dan pasangan calon wakil presiden dari Anies Baswedan, juga aktif dalam menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi dengan masyarakat.
Dengan konten edukatif dan inspiratif, Cak Imin berhasil mempertahankan dan bahkan menambah jumlah pengikut di Instagramnya menjadi 2,5 juta dan di TikTok 308 ribu.
Sementara itu, Cawapres Mahfud MD, dengan pertumbuhan followers Instagram mencapai 1,39 juta dan di TikTok 213 ribu, menunjukkan peningkatan yang lebih rendah dibandingkan Gibran dan Cak Imin.
Analisis terkini menunjukkan bahwa Gibran, sebagai politisi pendatang baru, berhasil mengejar jumlah pengikut Cak Imin di Instagram dengan cepat.
Hal ini mencerminkan persaingan sehat di antara keduanya dalam memanfaatkan media sosial untuk memperkuat basis dukungan.
Strategi yang digunakan oleh keduanya menunjukkan perbedaan menarik. Gibran cenderung menggunakan pendekatan personal dan relatable, sementara Cak Imin lebih fokus pada konten informatif dan motivasional.
Peningkatan jumlah pengikut Gibran didorong oleh aktivitasnya yang konsisten dalam membagikan kegiatan pemerintahannya di Solo, yang menarik perhatian publik.
Namun, Cak Imin tidak tinggal diam. Dengan pengalaman politik yang panjang, ia terus memperkaya kontennya dengan kegiatan sosial dan politik, memberikan nilai edukasi dan inspirasi kepada pengikutnya.
Perebutan pengaruh di Instagram antara Gibran dan Cak Imin mencerminkan dinamika persaingan politik di Indonesia yang kini juga merambah ke media sosial.
Mereka membuktikan bahwa media sosial, terutama Instagram, telah menjadi alat efektif untuk membangun citra, menyampaikan pesan, dan memperkuat dukungan politik.
Dengan berjalannya waktu, akan menarik untuk melihat bagaimana persaingan ini berkembang dan bagaimana media sosial terus membentuk lanskap politik Indonesia, khususnya dalam membangun komunikasi yang efektif dengan publik. (PS)