AlexaNews

Warga Kedungjaya Kepung Rumah Produksi Bebek, Tuntut Ditutup atau Pindah!

CIREBON, AlexaNews.ID – Puluhan warga RW 05, Desa Kedungjaya, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, kembali menggelar aksi protes terhadap rumah produksi dan supplier bebek serta ayam kampung RM Mas Budi, Minggu (9/2/2024). Warga mengeluhkan bau menyengat dan dugaan pencemaran limbah yang merusak lingkungan sekitar, hingga akhirnya membuat petisi tanda tangan sebagai bentuk penolakan dan tuntutan agar usaha tersebut ditutup atau dipindahkan.

Panji, Ketua RW 05 sekaligus Ketua DKM Masjid Al Makshudi, yang lokasinya hanya berjarak sekitar 50 meter dari tempat produksi, mengungkapkan bahwa bau tak sedap dari limbah usaha tersebut sangat mengganggu kenyamanan warga, termasuk jamaah masjid.

“Jamaah sering mengeluh karena baunya menyengat. Kami punya konsep masjid ramah lingkungan, tapi kondisi ini sangat mengganggu. Hari ini warga sudah menandatangani petisi, insya Allah besok kami akan melayangkan surat ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Satpol PP,” ujar Panji.

Tak hanya mengganggu aktivitas ibadah, limbah dari rumah produksi itu juga disebut mencemari saluran irigasi yang digunakan petani setempat. Akibatnya, sawah warga terkena dampak, bahkan beberapa petani mengalami gatal-gatal yang diduga akibat limbah tersebut.

“Ada delapan petani yang mengeluhkan dampaknya. Beberapa lahan bahkan sudah tidak bisa digarap karena irigasi tercemar,” tambahnya.

Di sisi lain, pemilik rumah produksi, Iyan, membantah tuduhan warga. Ia mengklaim telah mengikuti prosedur pengelolaan limbah sesuai arahan pemerintah desa, termasuk dengan membuat sistem bak kontrol.

“Kami sudah membangun sembilan bak kontrol sebagai penyaringan sebelum air limbah dialirkan ke saluran pembuangan. Kuwu, RT, dan RW sudah mengetahui proses ini,” jelas Iyan.

Bahkan, menurutnya, Kepala Desa (Kuwu) sendiri telah meninjau langsung area pembuangan dan menyatakan bahwa tidak ada bau menyengat.

“Air limbah dialirkan ke sawah yang kami sewa dan kelola sendiri. Soal keluhan gatal, hanya satu orang yang mengalaminya dan belum ada bukti medis bahwa itu akibat dari saluran kami,” tegasnya.

Meski begitu, protes warga tetap bergulir. Mereka menolak keberadaan usaha tersebut dan bersikeras meminta agar produksi bebek segera dipindahkan dari lingkungan mereka.

“Kami hanya ingin usaha ini pindah. Saat salat Jumat atau salat lima waktu, bau dari limbahnya sering tercium ke dalam masjid. Kami sudah memberi saran, tapi mereka tak menggubris,” pungkas Panji.

Aksi petisi ini diprediksi akan terus bergulir hingga ada keputusan tegas dari pihak berwenang. Warga berharap, DLH dan Satpol PP segera turun tangan menindaklanjuti keluhan mereka. (Johan)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!