AlexaNews

Warga Rengasdengklok Koleksi Uang Rupiah Kuno, Total Capai Rp3 Juta

Karawang, Alexanews.ID – Di sebuah rumah sederhana di Desa Amansari, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Kamin, terdapat tumpukan kecil yang menyimpan potongan sejarah: uang Rupiah kuno dari berbagai era, tersimpan rapi dalam kotak tua. Pemiliknya, seorang warga setempat, tak sekadar menyimpan—ia merawat kenangan.

Di tangannya, koin 25 Rupiah berbahan kuningan dan lembaran lusuh Rp1.000 bergambar Kapitan Pattimura bukan sekadar alat tukar. Setiap lembar dan kepingnya menyimpan cerita masa lalu yang perlahan menghilang dari ingatan banyak orang.

“Semuanya saya kumpulkan sejak dulu, awalnya niatnya hanya menabung di celengan. Tapi lama-lama, uang ini malah jadi tidak beredar lagi,” ujarnya sambil memperlihatkan koleksi yang kini nilainya mencapai sekitar Rp3 juta.

Awalnya, ia hanya ingin menyimpan untuk kebutuhan di hari tua. Namun waktu berkata lain. Seiring berjalannya tahun, uang-uang tersebut menghilang dari peredaran, digantikan oleh desain baru dan kebijakan moneter yang terus berkembang.

Kini, ia menyadari bahwa koleksinya bukan sekadar tumpukan uang lama. Bagi sebagian orang, mungkin sudah tak bernilai. Tapi baginya, setiap pecahan adalah pengingat masa lalu—tentang zaman, harga barang, hingga wajah-wajah pahlawan yang dulu mewarnai dompet rakyat Indonesia.

“Saya tidak tahu harus bagaimana sekarang. Uang ini sudah tidak bisa digunakan untuk belanja. Tapi saya berharap masih ada nilainya, entah secara sejarah atau mungkin ada yang tertarik menukarnya,” tuturnya dengan nada harap.

Fenomena mengoleksi uang lama memang bukan hal baru. Di balik itu, tersimpan ketertarikan terhadap sejarah, desain, dan nilai sentimental. Tak jarang, koleksi seperti ini diburu oleh para numismatis—kolektor uang profesional—bahkan bisa dihargai lebih tinggi dari nilai nominalnya.

Bank Indonesia sendiri sesekali membuka layanan penukaran uang lama dalam periode tertentu, namun tidak semua pecahan diterima tergantung tahun edar dan kondisinya.

Koleksi yang awalnya hanya dimaksudkan untuk menabung, kini justru membuka jalan bagi pelestarian memori kolektif bangsa. Di tengah zaman serba digital dan transaksi tanpa uang fisik, koleksi seperti ini menjadi penanda bahwa uang bukan hanya alat tukar, tapi juga saksi perjalanan sejarah. [Asbel]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!