BANDUNG, AlexaNews.ID – Menjelang Debat Capres terakhir, Save the Children Indonesia menyoroti kurangnya perhatian terhadap isu-isu anak dalam dinamika politik.
Tata Sudrajat, Interim Chief of Advocacy, Campaign, Communication & Media di Save the Children Indonesia, mengungkapkan bahwa meskipun isu anak sangat relevan dengan Debat Capres, namun sering diabaikan dalam konstelasi politik.
“Jumlah pemilih usia anak, 17 tahun ke bawah atau dengan kategori tertentu, mencapai sekitar 6.000-an, sementara pemilih pemula dengan usia hingga 30 tahun menyumbang 31,23% dari total pemilih pada tahun 2024,” ujarnya.
Tata menekankan bahwa keterlibatan anak dalam proses politik bukan hanya sebatas kampanye massa.
Menurutnya, perhatian terhadap isu-isu anak sangat penting menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Anak-anak saat ini adalah pelaku utama pembangunan. Mengabaikan isu-isu anak dapat mengakibatkan tidak optimalnya pemanfaatan bonus demografi, bahkan dapat meningkatkan risiko biaya sosial jika masalah anak diabaikan,” paparnya.
Dengan populasi lebih dari 17 tahun mencapai sekitar 80 juta jiwa atau 29% dari total penduduk Indonesia, Save the Children menyoroti pentingnya pembangunan perlindungan dan kesejahteraan anak dalam periode lima tahun ke depan yang menjadi tahap awal pembangunan jangka panjang kedua tahun 2025–2045.
Tata juga menyoroti dua tantangan besar yang akan dihadapi dalam periode tersebut. Pertama, penyelesaian permasalahan yang masih berlanjut seperti stunting, kematian anak, kekerasan anak, perkawinan anak, pekerja anak, dan dampak dari Covid-19 termasuk munculnya kembali polio dan campak.
Kedua, dampak disrupsi global seperti krisis iklim dan kemajuan teknologi informasi yang berdampak pada kesehatan dan keamanan anak, baik di ranah fisik maupun daring.
“Kami mendorong presiden dan wakil presiden terpilih untuk memberi prioritas dan memperkuat program kesejahteraan dan perlindungan anak. Hal ini bertujuan agar well-being dan resiliensi anak dapat terbangun menghadapi berbagai tantangan,” pungkas Tata. (PS)