Cianjur, AlexaNews.ID – Kasus kekerasan terhadap seorang nenek di Cianjur menuai reaksi keras dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari Dzikr Abazis Subekti, S.H., M.H., akademisi sekaligus Pengurus GP Ansor Jawa Barat. Ia menyayangkan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan tanpa proses identifikasi maupun verifikasi yang tepat.
“Ini mencerminkan minimnya literasi dan ketidakmatangan emosi. Ketika seseorang dengan mudah melampiaskan kemarahan tanpa dasar yang jelas, bukan hanya merugikan korban, tapi juga merusak nilai kemanusiaan,” tegas Dzikr dalam keterangannya, Rabu (7/5/2025).
Menurut Dzikr, tindakan kekerasan seperti ini menjadi alarm penting akan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hukum dan karakter. Ia menegaskan bahwa dalam negara hukum, penyelesaian masalah harus mengacu pada proses hukum, bukan tindakan brutal yang mengabaikan prinsip keadilan.
“Hukum harus menjadi rujukan utama, bukan tindakan barbar. Ini penting agar kita tidak mencoreng nilai-nilai kemanusiaan yang kita junjung bersama,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi. Konfirmasi dan klarifikasi menurutnya harus menjadi budaya dalam masyarakat digital saat ini.
“Jangan sampai ketidaktahuan dan emosi sesaat kita justru menjadi petaka bagi orang lain. Ini soal kesadaran kolektif akan pentingnya literasi hukum dan etika sosial,” jelas Dzikr.
Hingga kini, kasus kekerasan terhadap nenek tersebut masih dalam penanganan pihak kepolisian. Diharapkan, proses hukum berjalan secara transparan dan menjadi pelajaran penting bagi masyarakat luas agar lebih bijak dalam menyikapi setiap peristiwa. [Slh]