AlexaNews

Dana PIP Siswa SD di Kuningan Diduga Dicairkan Tanpa Sepengetahuan Orang Tua

Kuningan, AlexaNews.ID – Kasus dugaan penarikan dana Program Indonesia Pintar (PIP) tanpa sepengetahuan penerima mencuat di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Kuningan. Seorang wali murid mengaku tak pernah menerima sepeser pun bantuan tersebut sejak tahun 2023, meski sang anak terdaftar sebagai penerima manfaat.

Wali murid yang identitasnya disamarkan demi alasan keselamatan itu mengungkapkan, awalnya ia menerima informasi dari pihak sekolah bahwa anaknya memperoleh bantuan PIP. Setelah melengkapi dokumen, ia diminta menunggu jadwal pencairan.

“Anak saya dapat info dari sekolah, katanya dapet PIP. Kita lengkapi semua persyaratan, katanya nanti cair. Tapi setelah ditunggu, nggak pernah dipanggil,” ujarnya, Kamis (17/04/2025).

Karena penasaran, ia memutuskan datang ke bank bersama orang tua murid lainnya. Namun, nama anaknya tak juga dipanggil. Saat ditanyakan ke petugas, ia kaget bukan main saat mendengar bahwa dana tersebut sudah diambil oleh pihak lain tanpa pemberitahuan apa pun.

“Saya tanya ke petugas bank, katanya dananya sudah ada yang ambil. Padahal saya dan anak saya nggak pernah ambil dan nggak tanda tangan apa pun,” ungkapnya.

Pihak teller bank pun menyampaikan bahwa buku tabungan milik anaknya pernah dilaporkan hilang. Pernyataan itu semakin membingungkan dirinya karena selama ini tidak pernah merasa kehilangan buku tabungan.

“Katanya buku tabungan anak saya pernah hilang. Tapi bagaimana bisa? Kami masih pegang bukunya dari kelas satu sampai kelas empat,” tambahnya heran.

Pada tahun 2024, sang anak disebut tidak terdaftar sebagai penerima PIP, yang menurut keterangan sekolah disebabkan adanya kesalahan input dari Dinas Sosial. Namun, pada tahun 2025, anaknya kembali terdata sebagai penerima, dan ia pun kembali menunggu jadwal pencairan.

Ironisnya, kisah serupa kembali terulang. Saat mengecek rekening koran ke bank pada awal Maret 2025, ia kembali menemukan bahwa dana yang seharusnya diterima pada 29 Januari telah dicairkan pada 12 Maret tanpa sepengetahuannya.

“Saya cek ke bank, ternyata dananya sudah diambil lagi. Terakhir, itu uang masuk tanggal 29 Januari dan diambil tanggal 12 Maret. Saya dan anak saya sama sekali tidak merasa mengambil,” jelasnya kecewa.

Ia berharap aparat dan instansi terkait segera turun tangan menyelidiki persoalan ini agar kejadian serupa tidak meluas ke siswa dan sekolah lainnya.

“Ini bukan soal besar atau kecilnya uang, tapi soal keadilan dan transparansi. Jangan dianggap sepele. Saya khawatir ini juga terjadi ke orang tua lain yang memilih diam,” tegasnya. (Abdul Rohman)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!