Bali, AlexaNews.ID – Seorang pengusaha asal Bali, Lindajaya, mengalami mimpi buruk ketika dirinya diperas dan diancam oleh sekelompok preman yang diduga suruhan warga negara Norwegia bernama Wehus Erlend.
Kejadian tragis ini terjadi di Nusa Penida, Bali, di mana Lindajaya dipaksa untuk menyerahkan uang dalam jumlah besar demi keselamatannya.
Lindajaya, yang bergerak dalam bisnis rotan, awalnya dihubungi oleh Wehus Erlend untuk bertemu dan membahas pesanan barang. Namun, sesampainya di lokasi pertemuan, bukannya berdiskusi soal bisnis, ia justru disergap oleh lima orang yang terlihat seperti preman.
“Saya kaget saat tiba di lokasi, ada lima orang yang mengelilingi saya. Mereka memaksa saya duduk dan ngobrol, tapi sebenarnya mereka mengancam,” ujar Lindajaya, menggambarkan situasi mencekam yang ia hadapi saat menghubungi AlexaNews.ID, Senin (09/09/24).
Dalam tekanan, Wehus Erlend meminta pengembalian uang sebesar Rp40 juta yang menurutnya telah diberikan kepada mitra bisnis Lindajaya, berinisial PS.
Merasa tidak tahu menahu soal transaksi tersebut, Lindajaya mencoba menjelaskan bahwa ia hanya menerima Rp40 juta untuk barang yang telah dipesan, sementara sisa Rp200 juta belum dibayarkan. Namun, semua penjelasan itu tidak didengar oleh para preman tersebut.
“Saya dipaksa menyerahkan uang malam itu juga. Kalau tidak, mereka mengancam akan menculik saya,” kata Lindajaya dengan suara bergetar, menceritakan ketakutannya.
Demi menyelamatkan diri, ia terpaksa menjual emas pribadi milik istrinya agar dapat memenuhi tuntutan uang yang diminta.
Tidak hanya ancaman, Lindajaya juga merasa dirinya menjadi korban pemerasan yang direncanakan. “Saya ditekan sampai titik di mana saya harus menyerahkan apa pun yang mereka minta, karena keselamatan saya terancam,” tuturnya.
Usai kejadian, Lindajaya segera menghubungi mitra bisnisnya, PS, untuk membatalkan pesanan dan mengembalikan uang. Namun, PS mengaku tidak tahu menahu soal tuntutan tersebut dan merasa dirugikan karena tidak mendapatkan barang yang ia pesan.
PS bahkan berencana untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwajib jika Lindajaya tidak mengirimkan barang yang telah ia bayar.
“Jika barang yang saya pesan tidak dikirim, saya akan bawa masalah ini ke ranah hukum,” tegas PS, menunjukkan bahwa persoalan ini tidak hanya melibatkan Lindajaya, tetapi juga berpotensi meluas menjadi konflik hukum.
Kisah Lindajaya ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk aktivis nasional Ferry Dharmawan, yang menyerukan agar kasus ini segera ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian.
Ferry meminta Polda Bali untuk segera menangkap Wehus Erlend dan kelompok preman yang terlibat dalam pemerasan ini.
“Ini adalah bentuk ketidakadilan yang harus segera dihentikan. Polda Bali harus bertindak cepat untuk menangkap pelaku dan memberikan rasa aman bagi masyarakat,” ujar Ferry.
Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut, namun trauma yang dialami oleh Lindajaya sudah meninggalkan bekas mendalam dalam hidupnya.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa keamanan dan keadilan harus selalu ditegakkan, terutama bagi para pengusaha lokal yang kerap menjadi sasaran pemerasan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. (Ega Nugraha)