AlexaNews

Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi dalam Membangun Masyarakat Inklusif

Oleh:
Safinah Nur Aini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: safinahnuraini22@gmail.com
Alamat: Jl. Raya Bojongsari No.55, Bojongsari Baru, Kec. Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat 16516

Globalisasi yang semakin maju membawa tantangan dan peluang signifikan dalam membangun masyarakat inklusif. Tantangan utama yang dihadapi saat ini meliputi meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi, kurangnya akses pendidikan berkualitas, serta kesenjangan digital, yaitu ketimpangan akses terhadap teknologi antara negara maju dan berkembang. Hal ini menghambat partisipasi masyarakat dalam ekonomi digital dan menciptakan ketidakadilan dalam akses informasi serta peluang ekonomi.

Tantangan lainnya adalah ketergantungan sektor sumber daya alam. Banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, masih bergantung pada sektor ini, yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Diversifikasi ekonomi menjadi solusi penting untuk menciptakan stabilitas jangka panjang. Selain itu, masuknya budaya asing akibat globalisasi berpotensi mengancam keberlangsungan budaya lokal, sehingga dapat memicu krisis identitas masyarakat.

Di sisi lain, persaingan global yang semakin ketat dalam perdagangan internasional menuntut perusahaan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk. Tantangan-tantangan ini dapat menghambat upaya membangun masyarakat inklusif, sehingga diperlukan langkah strategis untuk memanfaatkan peluang globalisasi demi mencapai tujuan tersebut.

Era globalisasi juga memberikan peluang besar bagi Indonesia. Salah satunya adalah akses pasar yang meluas melalui platform e-commerce, yang memungkinkan pelaku usaha kecil untuk berpartisipasi dalam ekonomi global. Kemajuan teknologi digital membuka peluang inovasi baru, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Pendidikan multikultural menjadi aspek penting dalam membangun masyarakat inklusif. Pendidikan ini menekankan nilai toleransi dan penghormatan antarbudaya, membantu individu memahami keberagaman yang ada di Indonesia. Kewarganegaraan digital juga dapat dimanfaatkan untuk membangun masyarakat global yang inklusif, dengan menghubungkan individu dari berbagai latar belakang budaya.

Kerja sama internasional yang semakin erat mendorong pertukaran pengetahuan, pelajar, dan sumber daya untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di dalam negeri. Dengan memahami tantangan dan peluang ini, masyarakat kelompok rentan dapat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam membangun masyarakat inklusif.

Definisi Masyarakat Inklusif
Masyarakat inklusif adalah komunitas yang mampu menerima dan menghargai keberagaman, termasuk perbedaan suku, agama, ras, dan budaya. Ciri utamanya adalah keterbukaan terhadap perbedaan, kesetaraan hak, partisipasi aktif, serta penghormatan dan toleransi. Masyarakat inklusif berkontribusi dalam mewujudkan lingkungan yang adil dan sejahtera.

Tantangan Globalisasi dalam Masyarakat Inklusif

Beberapa tantangan utama dalam membangun masyarakat inklusif di era globalisasi adalah:

  1. Kurangnya Pemahaman tentang Inklusi Sosial
    Masih banyak individu yang belum memahami pentingnya inklusi sosial.
  2. Ketimpangan Akses Pendidikan
    Akses pendidikan yang tidak merata menghambat partisipasi individu. Contohnya, di Desa Cipari, banyak anak tidak dapat mengakses pendidikan karena faktor ekonomi dan jarak sekolah yang jauh. Ketimpangan ini berdampak pada kemampuan individu untuk berkontribusi dalam masyarakat.
  3. Ketimpangan Ekonomi
    Ketidakadilan dalam peluang ekonomi menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan. Di Desa Serang, meski terdapat potensi ekonomi lokal, banyak masyarakat yang masih hidup dalam kemiskinan.
  4. Stigma Sosial terhadap Disabilitas
    Penyandang disabilitas sering kali mengalami stigma negatif. Di Desa Caruy, kurangnya aksesibilitas terhadap fasilitas publik menghambat partisipasi mereka dalam kehidupan sosial.

Strategi untuk Memanfaatkan Peluang Globalisasi

Beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk membangun masyarakat inklusif adalah:

  1. Meningkatkan Akses Pendidikan
    Pemerintah perlu membangun infrastruktur pendidikan, menyediakan beasiswa, dan fasilitas ramah disabilitas. Contohnya, di Desa Tritih Wetan, lembaga pendidikan inklusif memberikan akses pendidikan setara bagi semua anak.
  2. Pemberdayaan Ekonomi
    Mengadakan pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan memberikan akses modal kepada UKM untuk meningkatkan daya saing. Contohnya, di Desa Cilibang, program pelatihan keterampilan dan modal usaha memberdayakan masyarakat untuk mengembangkan usaha kecil.
  3. Mendorong Kerja Sama Internasional
    Kerja sama antara pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil dapat menciptakan program-program inklusi sosial. Contohnya, di Desa Caruy, program pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor.

Kesimpulan

Globalisasi membawa tantangan seperti kesenjangan sosial, kurangnya akses pendidikan, dan masuknya budaya asing. Namun, peluang besar juga tersedia, seperti kemajuan teknologi, kerja sama internasional, dan akses pasar yang meluas.

Untuk memanfaatkan peluang ini, diperlukan kebijakan progresif dan partisipasi aktif masyarakat. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan semua pihak menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat inklusif di era globalisasi. Dengan sumber daya manusia berkualitas, kolaborasi yang kuat, dan kebijakan mendukung, Indonesia dapat mengatasi tantangan dan meraih manfaat maksimal dari peluang globalisasi. ***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!